Laman

Sabtu, 29 Mei 2010

Kolaborasi Tiga Budaya


JAKARTA, JCDnews - Kebudayaan adalah segala sesuatu yang diolah dalam pikiran serta diwujudkan dalam perilaku benda yang dihasilkan. Indonesia, kaya akan pesona budaya. Reog Ponorogo dari Jawa Timur dan Barong dari Bali, adalah dua diantaranya yang telah dikenal oleh dunia.

Menjelang tahun baru Imlek, hadir sebuah kolaborasi antara Reog Ponorogo, Barong Bali dan Barongsai, yang menyatu dan tampil bersama di Mal Artha Gading beberapa waktu yang lalu.

Atraksi Barongsai di tengah suasana menjelang Tahun Baru Imlek, sangat meriah dan dinanti banyak orang. Tak hanya masyarakat keturunan Cina saja, tapi para pribumi juga banyak yang menanti.

Suasana ini tambah meriah ketika barongsai datang memberi hormat kepada penonton dan para penonton, memberi angpao. Dari orang dewasa, hingga anak kecil, banyak yang memberi angpao.

Mereka tidak memiliki rasa takut sedikitpun. Bahkan juga ada beberapa anak yang datang langsung ke pentas untuk bersalaman serta memberikan angpao secara langsung kepada Barongsai, Reog Ponorogo, serta Barong Bali.

“Barongsai Cina adalah sebuah tradisi dari Tiongkok atau Cina yang dirayakan setiap awal Tahun Cina, sebagai tanda dari datangnya musim semi dan lambat laun tradisi ini berkembang ke berbagai negara Internasional termasuk Indonesia,” kata Wiliam salah satu pemain barongsai Cina.

Wiliam juga menjelaskan bahwa ia tergabung dalam organisasi yang bernama Alam Semesta yang berada di Cipinang, Jakarta Timur, dan berdiri sekitar tahun 1998/1999.

Ternyata, mereka tidak hanya bermain pada saat tahun baru Imlek saja. Melainkan juga, pada acara pernikahan dari orang keturunan Cina, maupun peresmian toko.

Sementara Reog, adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut. Ponorogo, dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo, dihiasi oleh sosok warok dan gemblak yang merupakan dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan.

Reog, adalah salah satu kebudayaan daerah di Indonesia, yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Sedangkan Barong, adalah satu di antara dari begitu banyaknya ragam seni pertunjukan Bali, yang merupakan sebuah tarian tradisional Bali dengan menggunakan topeng dan kostum badan yang dikenakan oleh satu atau dua orang saat menari.

Di Bali, ada beberapa jenis barong , yakni Barong Ket, Barong Bangkal, Barong Landung, Barong Macan, Barong Gajah, Barong Asu, Barong Brutuk, Barong Lembu, Barong Kedingkling, Barong Kambing, dan Barong Gagombrangan.

Seperti namanya, barong macan menyerupai seekor macan. Jenis barong ini cukup terkenal di kalangan masyarakat Bali. Adakalanya pementasan barong ini dilengkapi dengan dramatari semacam Arja atau opera tradisional Bali. Barong macan ditarikan oleh dua penari dengan iringan musik gamelan batel.

“Barong Bali merupakan makhluk mitologi karena wajahnya ada yang kaya anjing maupun singa,” ujar Agung Panji salah seorang pemain barong Bali yang juga asal kelahiran Bali dan cukup lama menetap di Jakarta, karena memang komunitasnya berada di Jakarta.

Lebih lanjut, Agung Panji menuturkan bahwa untuk bermain barong Bali, di butuhkan keseriusan karena berat barongnya sendiri mencapai lebih dari 50 kg. Selain itu, dibutuhkan pula stamina yang kuat serta teknik-teknik khusus.

Kolaborasi yang diselenggarakan di Mal Artha Gading itu, disambut antusias oleh penonton.

Hal ini terbukti dari banyaknya penonton yang memang datang hanya untuk menyaksikan acara ini.

“Menurut saya, acara kolaborasi ini bagus. Paling tidak, untuk mempersatukan dua budaya antara budaya Indonesia dan budaya Cina. Sebaiknya tidak hanya di selenggarakan pada saat Imlek saja, tetapi di juga pada acara Idul Fitri, Natal atau Tahun Baru dengan kolaborasi kebudayaan yang berbeda,” ungkap Yogo salah seorang penonton.

Karena shio tahun ini adalah shio macan, maka ada sebagian orang yang beranggapan bahwa maksud dari kolaborasi ini terkait dengan shio macam.

Namun sebetulnya, alasan diselenggarakannya kolaborasi ini, sekedar untuk permainan dengan tujuan menghibur masyarakat khususnya menjelang tahun baru Imlek.

“Maksud dari kolaborasi ini lebih ke permainan, perkenalan serta persahabatan antara barongsai, Reog Ponorogo serta Barong Bali.

Dan tidak ada maksud lain seperti berantem ataupun persaingan.

Tidak juga ada kaitannya antara shio tahun ini dengan kolaborasi, meskipun memang Reog Ponorogo memakai topeng berbentuk wajah macan”, ujar Anita selaku penanggung jawab acara kolaborasi saat itu.

Jakartacitydirectory.com (Ana R)

Tidak ada komentar: